Penilaian Hasil Belajar Bentuk Tes
Apa itu Penilaian, Hasil Belajar, dan Tes?
Penilaian merupakan kegiatan mengumpulkan, melaporkan, dan menggunakan informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran untuk dianalisis hasil kerja siswa atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas.
Hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui apakah suatu program pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak, yang didapat dari jerih payah siswa itu sendiri sesuai kemampuan yang ia miliki.
Tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu aspek tertentu. Menurut Arifin (2010: 118) menyebutkan “Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik”.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tes adalah suatu teknik atau cara yang diberikan oleh guru terhadap siswa, berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab baik secara lisan maupun tulisan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan ketika berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes individu. Sedangkan bila dilihat dari sudut penyusunannya, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Teacher made test/tes buatan guru dan standardized test/tes yang distandarisasi. Adapun bentuk tes secara umum dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan.
Apa itu tes tertulis (Written test)?
Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban siswa secara tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.
Tes subjektif
Tes subjektif ini sering disebut juga tes esai dan tes esai sering disebut juga sebagai bentuk uraian. Tes esai digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif. Menurut Arikunto (2009: 162) “Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata”. Sedangkan menurut Sudjana (2013: 35) menyebutkan “Secara umum tes uraian adalah pertanyaan-pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan mengggunakan kata-kata dan bahasa sendiri”. Bentuk tes uraian dapat dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas.
- Tes uraian bebas, jawabannya berdasarkan pendapat dan kemampuan orang yang diberikan tes. Arifin (2010: 125) mengatakan “Dalam uraian bebas peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya”. Sedangkan Sudjana (2013: 37) mengatakan “Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri”. Jadi, tes uraian bebas memberikan kesempatan kepada siswa dalam menjawab pertanyaan dengan menguraikan gagasan maupun pendapatnya sesuai dengan kemampuannya.
- Tes uraian terbatas, ditentukan batasan-batasan untuk siswa dalam menjawab tes. Arifin (2010: 125) mengatakan “Dalam uraian terbatas peserta didik harus menemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Sedangkan Sudjana (2013: 37) mengatakan “Dalam uraian terbatas, pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu”. Jadi, uraian terbatas dimana siswa dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan ruang lingkup batasan dalam pertanyaan tersebut.
Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang biasanya berbentuk pilihan ganda. Menurut Arikunto (2009: 164) “Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif”. Sedangkan menurut Sudjana (2013: 44) “Bentuk objektif digunakan dalam menilai hasil belajar disebabkan luasnya bahan pelajaran yang dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan”. Jadi, tes objektif adalah tes yang memerlukan satu jawaban yang tepat dari beberapa alternatif jawaban yang ada.
Soal-soal bentuk objektif ini dikenal beberapa bentuk yakni jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.
- Bentuk soal jawaban singkat, merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar salah.
- Bentuk soal benar salah, merupakan bentuk tes berupa pertanyaan yang jawabannya benar dan salah. Arikunto (2013: 45) “Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah”. Sedangkan menurut Arikunto (2009: 165) “Tes benar salah soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement) ada yang benar dan ada yang salah”. Jadi, bentuk soal benar salah adalah pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang ada benar dan pernyataan yang salah.
- Bentuk soal menjodohkan, menurut Gross (Sukardi, 2010: 123),“Maching test items are appropriate for identifying the relationship the relationship things”. Yang artinya item test menjodohkan adalah tepat untuk mengindentifikasikan hubungan antar sesuatu. Sudjana (2013: 47) “Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok yang berada dalam satu kesatuan, kelompok sebelah kiri merupakan bagian-bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya”. Sedangkan menurut Arikunto (2009: 172) “Bentuk soal menjodohkan terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban”. Jadi, bentuk soal menjodohkan adalah mencocokan pertanyaan dan jawaban yang disediakan, untuk tiap satu pertanyaan ada satu jawaban.
- Bentuk soal pilihan ganda, merupakan soal yang mempunyai pilihan jawaban. Sudjana (2013: 48) “Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Sedangkan menurut Arikunto (2009: 168) “Multifle choise test terdiri atas bagian keterangan (stem), dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor)”. Lebih lanjut Arikunto (2009: 168) “Tes pilihan ganda ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup”. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tes pilihan ganda merupakan tes yang dibuat dengan beberapa jawaban pengecoh dan hanya mempunyai satu jawaban yang paling tepat.
Apa itu tes lisan (Oral test)?
Lisan di sini diartikan sebagai kata-kata yang diucapkan. Tes lisan diartikan sebagai tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru dan siswa. Selain itu, tes lisan juga diartikan sebagai suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari siswa dalam bentuk lisan. Siswa akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan.
Ada beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan:
Apa saja Kebaikan dan Kekurangan dari Tes Lisan ini?
Kebaikan tes lisan antara lain:
Ada beberapa petunjuk praktis dalam pelaksanaan tes lisan:
- Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektivitas, misalnya dilihat dari cantik-tidaknya, kaya-tidaknya anak, anak pejabat atau bukan, hubungan keluarga.
- Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik. Biasanya kita memberikan penilaian setelah tes itu selesai. Cara ini termasuk cara yang kurang baik (keliru), akibatnya penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban- jawaban yang terakhir.
- Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai pertanyaan yang diajukan menyimpang dari permasalahan dan tak sesuai dengan jawaban siswa.
- Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian lisan tersebut. Kadang-kadang ada juga guru/instruktur yang sampai membentak-bentak peserta didik. Tindakan ini harus dihindari karena dapat mengakibatkan proses pemikiran anak menjadi terhambat, sehingga apa yang dikemukakan peserta didik tidak mencerminkan kemampuan mereka yang sesungguhnya.
- Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau suasana pembelajaran (instruction).
- Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
- Janganlah guru membentak-bentak seorang siswa karena siswa tersebut memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang sangat “tolol”.
- Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seoarang siswa yang sedang di tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati pada siswa tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluasi karena kita bertindak tidak adil terhadap siswa yang lain.
- Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan samapai terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari siswa.
- Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh siswa.
Apa saja Kebaikan dan Kekurangan dari Tes Lisan ini?
Kebaikan tes lisan antara lain:
- Dapat menilai langsung kemampuan dan tingkat pengetahuan siswa dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan, sikap, serta kepribadiannya juga dapat diketahui karena dilakukan secara berhadapan langsung;
- Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja;
- Bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat membantu karena siswa bisa menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud;
- Siswa bisa mengetahui langsung hasil tes;
- Siswa dapat mengemukakan argumentasi;
- Guru dapat mengevaluasi kemampuan penalaran siswa;
- Guru dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan;
- Tidak mungkin terjadi penyontekan;
- Bahan ujian dapat luas dan mendalam.
Kelemahan tes lisan antara lain:
- Memerlukan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah siswanya banyak;
- Faktor suabjektivitas sering muncul bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan seorang siswa.
Apa itu tes perbuatan (Performance test)?
Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Tes perbuatan ini dapat disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan.
Penilaian tes perbuatan ini dilakukan mulai dari siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapai. Untuk menilai tes perbuatan ini secara umum diperlukan alat penilaian berupa format pengamatan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan, bentuknya dapat dibuat sedemikian rupa sehingga pengamat dapat menuliskan angka/skor yang diperoleh siswa pada kolom/tempat yang disediakan.
Apa saja yang menjadi keunggulan dan kelemahan dari tes perbuatan ini?
Tes perbuatan ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah sebagai berikut:
Penilaian tes perbuatan ini dilakukan mulai dari siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapai. Untuk menilai tes perbuatan ini secara umum diperlukan alat penilaian berupa format pengamatan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan, bentuknya dapat dibuat sedemikian rupa sehingga pengamat dapat menuliskan angka/skor yang diperoleh siswa pada kolom/tempat yang disediakan.
Apa saja yang menjadi keunggulan dan kelemahan dari tes perbuatan ini?
Tes perbuatan ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah sebagai berikut:
- Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antar pengetahuan, teori, dan keterampilan mempraktekannya. Penggunaan tes tulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan pengetahuan teoritis. Dengan menggunakan tindakan, guru akan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan nyata, sehingga informasi untuk penilaian menjadi lebih lengkap.
- Tidak ada kesempatan untuk menyontek. Dalam tes perbuatan, guru bisa mengamati langsung bagaimana siswa meragakan sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan dirinya, maksudnya tidak bisa meniru begitu saja.
- Cocok digunakan untuk mengukur aspek psikomotorik (perilaku). Salah satu wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan suatu kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan hanya cocok diungkap dengan tes tindakan.
- Memerlukan biaya yang mahal. Pelaksanaan tes perbuatan idealnya dilakukan dalam kondisi sebenarnya, atau sekurang-kurangnya dalam kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya. Hal ini menuntut adanya fasilitas dan perlengkapan yang memadai. Ditambah lagi dengan bahan-bahan yang mungkin hanya digunkan seketika.
- Memerlukan banyak waktu. Pelaksanaan tes perbuatan sulit dilakukan secara bersamaan, karena akan menyulitkan guru dalam melakukan pengamatan. Dengan demikian, tes perbuatan perlu dilakukan secara individual, dan ini akan memerlukan waktu yang relative lama.
- Sulit dalam mengadakan pengukuran. Dalam pelaksanaan tes tindakan, guru dituntut untuk mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa secara cermat. Guru dituntut untuk mengamati semua unsur-unsur perilaku yang perlu dinilai secara serempak, dan ini akan sulit dilakukan. Jika penguji hanya seorang, mungkin ada beberapa unsur perilaku yang tidak teramati.
No comments for "Penilaian Hasil Belajar Bentuk Tes"
Post a Comment